Rabu, 17 Oktober 2007

SEBUAH KISAH BAG.2..ini cerpen lho, kalau di bilang cerpen:D..

Bersamamu, bergulirnya waktu terasa begitu cepat. Hari-hari berlalu selalu terasa indah. Kekurangan materi yang menemani kita setiap hari, seakan bukan merupakan beban manakala kita senantiasa ikhlas menerima apa adanya. Denganmu begitu banyak pelajaran yang telah ku petik.

Ketika setahun usia pernikahan kita, tujuh bulan sudah usia kehamilanmu. Aku begitu panik ketika engkau tiba-tiba mengalami pendarahan, tapi engkau begitu tenang, tak gugup sedikitpun. Padahal dari keningmu yang berkerut dan nafasmu yang tertahan, aku tahu kamu tengah menahan rasa sakit yang luar biasa. Segera ku bawa ke bidan dan dia bilang ini tanda-tanda mau melahirkan.

Jam dua belas tengah malam, ketika semua insan terlelap dengan mimipi-mimpinya, anak pertama kita lahir. Ah..., betapa bahagianya kita, ku cium keningmu berulang kali. Ku dengar kau berbisik, "Mas..., aku lapar". Tersentak aku mendengarnya. Ya, seharian tadi engkau sama sekali tidak memasak an tak makan karena sudah merasakan sakit sejak kemaren. Sedangkan sore tadi aku hanya beli sebungkus nasi di warung dan ku lahap habis, sebab tadi kutawari kau tak mau. Tak ada roti, tak ada jajanan, tak ada apapun untuk mengganjal perutmu. Mau beli seluruh toko dan warung sudah pada tutup. Akhirnya, ku sodorkan segelas air putih yang di suguhkan bidan untukmu. Dan engkau pun tak menuntut lebih dari itu. Kembalimenggenang air mata di pelupuk mataku menyaksikan kebahagiaan yang tersirat di wajahmu. Yah, bayi mungil kita tampak sehat dan kebahagiaan telah menjadikanmu lupa akan lapar dan dahaga.

Tahun berganti dan engkau tak pernah berubah. Hampir sepuluh tahun kita bersama dalam kehidupan yang selalu sederhana, tapi kau tak pernah mengeluh. Engkau juga juga tak pernah menuntut dunia dariku, tak pernah minta ini dan itu sebagaimana para istri kebanyakan. Beli pakaian saja, mungkin tiga atau empat tahun sekali. Perhiasan???kau tak pernah mengenalnya. Bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa hutang saja bagimu sudah lebih dari cukup.
Sungguh, aku beruntung sekali memilikimu. Engkau sebenarnya perhiasan itu. Semoga engkau selalu tegar mendampingiku, hingga kita jelang surga bersama-sama. Insyaالله ...tamat

2 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum.salam kenal.mo tinggal comment dimana bingung, jadi disini ga papa ya.Ngruki-Pabelan? emang deket lho

Me mengatakan...

Bagus juga kok cerpennya (kalau ini memang cerpen :-)
Makasih ya sudah mengunjungi blogku, salam kenal.
Maaf, nggak nemu SB di blog ini, jadi saya tulis di sini.