Jumat, 07 Desember 2007

MUSLIM KASHMIR TERKOYAK BANYAK KEPENTINGAN

Ahmad, 38 tahun, dari Pakistan dan Krishna, 35 tahun, dari India, di hari-hari pertama sebuah pelatihan kependudukan di Bangkok beberapa tahun lalu sangat akrab. Keduanya biasa bercanda, baik di ruang kelas maupun di hotel.

Hobi makan keduanya selama di Bangkok juga sama: tom yang gung, sop khas Thailand yang hangat dan pedas. Kalau jalan-jalan keliling kota Bangkok yang masih macet pada tengah malam pun, mereka asyik berbincang tukar pengalaman.Tapi pada pekan ketiga, saat Krishna mempresentasikan profil negaranya, tiba-tiba Ahmad protes. ''India bohong. Kashmir bukan bagian negara India. India menjajah Kashmir dengan senjata dan teror,'' kata Ahmad.Diprotes begitu, Krishna pun merah padam. Sewaktu Ahmad dapat giliran mempresentasikan profil Pakistan dan menyatakan Kashmir adalah bagian dari Pakistan, kali ini yang protes adalah Krishna. Dengan lantang, pemuda India ini menyatakan, Pakistan telah membunuh orang-orang Hindu di Kashmir dan secara sepihak mengklaim Kashmir adalah bagian wilayahnya.

Sejak saat itulah, Ahmad dan Krishna tak mau bertegur sapa. Ketika berada di lift hotel bareng, keduanya saling memalingkan muka. Rupanya, soal Kashmir menjadi 'akar' ketegangan antara dua pemuda yang bentuk dan raut mukanya hampir sama itu. Keduanya memang beretnis sama: Hindustan.Tapi, sejak Pakistan memisahkan diri dari India dan rebutan Kashmir, orang-orang yang berasal dari etnis yang sama ini, saling memusuhi.

Itulah sekadar gambaran, betapa konflik Kashmir telah memicu permusuhan antara negara Pakistan dan India, tapi juga memicu permusuhan antarwarganya. Ini beda dengan Korea Utara dan Selatan misalnya. Konflik kedua Korea itu lebih karena urusan negara, bukan penduduknya.Konflik Kashmir yang melibatkan India dan Pakistan sudah demikian mendarah daging, sehingga masing-masing penduduk kedua negeri yang satu etnis itu pun, terpaksa bermusuhan karenanya.Konflik Kashmir --- meski gaungnya tak seramai konflik Palestina -- adalah konflik tertua di dunia yang sampai saat ini belum terselesaikan.Dibanding konflik Palestina misalnya, konflik Kashmir sesungguhnya lebih parah. Di Palestina, misalnya, Komisi HAM PBB bisa memantau. Tapi di Kashmir tidak. PBB tak pernah mendapat izin memasuki Kashmir secara resmi.Kalau di Palestina, antara siapa musuh dan siapa teman jelas. Israel dan Yahudi musuh Arab. Tapi kalau di Kashmir sulit. Faksi-faksi yang pro-India, misalnya, banyak pula yang berasal dari kalangan Islam. Maklumlah, sampai saat ini, jumlah penduduk Islam di India sekitar 100 juta jiwa, masih terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.Meski faksi-faksi yang pro-Pakistan umumnya beragama Islam, di antara faksi-faksi Islam pun, tidak semuanya bersatu. Ada yang pro-Pakistan, pro-India, dan bahkan pro-otonomi dan kemerdekaan.

Tak seperti konflik di bagian dunia lainnya, konflik Kashmir sulit dipecahkan secara internasional. Kesulitan ini, terutama karena sikap kaku India yang menganggap konflik Kashmir merupakan masalah dalam negeri.Apalagi saat ini, ketika India diperintah rejim nasionalis Hindu dari Partai Bharatiya Janata. India sama sekali tak mau masalah Kashmir diangkat ke dalam forum internasional. Sedang Pakistan dan PBB, memandang konflik Kashmir sebagai bagian konflik yang harus dipecahkan secara internasional karena melibatkan dua negara.

India masuk ke Kashmir secara paksa tahun 1947. Pada tahun itu, tepatnya 26 Oktober 1947, India mengaku menandatangani perjanjian kerjasama dengan Maharaja Kashmir. Dokumen perjanjian itu berisi permintaan Maharaja kepada India agar mengirimkan tentaranya ke Kashmir untuk menumpas pemberontakan. Dokumen kontroversial inilah yang menjadi alasan India menduduki Kashmir.Pakistan dan orang-orang Kashmir memprotes kedatangan tentara India itu. Mereka meragukan adanya dokumen tersebut. PBB juga tidak mengakui klaim India. Inggris sendiri, negeri yang pernah menjajah India, tak mengakui klaim India itu.Bahkan Inggris menyatakan, Kashmir lebih pas berada di bawah Pakistan. Alasannya, sebagian besar warga Kashmir beragama Islam dan secara geografis, Kashmir lebih dekat akses ekonominya ke Pakistan. Meski demikian, Inggris tidak bisa mencegah ekspansi tentara India ke Kashmir.

Namun karena India kuat secara militer dan penduduknya lebih dari 600 juta -- apalagi hubungannya sangat dekat dengan Rusia -- dunia internasional tidak berani menghukumnya. Melihat sikap dunia internasional yang lembek, India makin menancapkan "kukunya" di Kashmir.Konflik bersenjata pun tak terhindarkan, baik antara India dan para pejuang kemerdekaan Kashmir maupun dengan Pakistan. Konflik juga terjadi antarfaksi di Kashmir yang menginduk Pakistan dan IndiaKini ada 600 ribu lebih tentara India di Kashmir, negeri yang total penduduknya 13 juta jiwa. Barangkali Inilah negara yang terbanyak tentaranya di dunia dibanding dengan jumlah populasinya.Sejak munculnya konflik ribuan orang Kashmir dibunuh tentara India. Beberapa sumber menyebutkan, 15 ribu hingga 50 ribu orang Kashmir yang tewas sejak India menduduki 'negeri surga' itu, antara 1989-1996.Semua kejahatan tentara India itu didokumenasi oleh Amnesti Internasional, US Human Right Watch Asia, Physician for Human Rights, International Commission of Jurists. India tak hanya menolak permintaan agar menghentikan pemusnahan warga Kahmir itu, tapi juga menutup akses lembaga-lembaga tersebut memasuki Kashmir.

Dunia internasional sangat mencemaskan konflik Kashmir antara India dan Pakistan ini. Sebab kedua negara di Asia Selatan tersebut masing-masing sudah bisa membuat bom nuklir. Sewaktu-waktu bila konflik itu meledak, tak ada satu negara pun yang bisa mencegah keduanya untuk meledakkan nuklirnya. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin seluruh kashmir akan binasa. Bahkan Pakistan dan India sendiri bisa musnah karena perang nuklir.

Tidak ada komentar: